Hidup Kita Seperti Kertas Kosong, Kitalah Yang Menulis Setiap Halamannya.

Semua tulisan di blog ini ditulis oleh Robensa Atmenperi

Apa kabar tanah kelahiranku

Saturday, August 2, 2014

Hari ini saya akan menulis tentang pengalaman saya waktu mudik hari raya idul fitri ditanah kelahiranku, tepatnya didesa Rambahan, Kabupaten Tebo, Jambi.

Sebelum membahas apa saja kegiatan saya disana, saya akan membahas dulu tentang desa rambahan ini. Waktu kecil terus terang saya tidak tau bagaimana penilaian orang-orang pada desa kami tercinta ini, barulah pada saat saya pindah dari desa itu saya baru tau kalau orang-orang punya penilaian yang kurang enak didengar tentang desa saya. Mulai dari penduduknya yang kasar, suka berantam, sampai orang-orang yang melintas didesaku jadi takut ketika lewat desa rambahan.

Tetapi saya punya pembelaan yang harus saya akui sedikit subjektif, ya karena saya orang sana dan saya juga lahir disana, tepatnya dikamar nenek saya, hehe. Jadi menurut saya apa yang dikatakan orang-orang tentang desa saya tidak sepenuhnya benar, memang setau saya ada beberapa kali kekerasan terhadap orang luar, namun itu karena mereka yang berbuat kesalahan duluan dan itupun hanya dilakukan oleh segelintir orang saja. Jadi menurut saya penilaian orang terhadap desa saya agak keliru, walaupun pembelaan saya sedikit subjektif, buktinya saya disambut dengan ramah, semua orang menegur dan menjamu saya~memang saya orang sini sih~ hehe.

Ok, kita tinggalkan itu, sekarang kita masuk ke inti cerita. Jadi setelah sekian lama saya tidak pulang kampung, ketika pertama kali menginjakkan kaki kembali ditanah kelahiran, rasanya agak berbeda dan agak canggung, walaupun tidak banyak perubahan sejak terakhir kali saya kesana.

Saya menyempatkan waktu untuk berkunjung ketempat-tempat masa kecil saya, tempat yang penuh cerita dan kenangan indah, walaupun tidak sedikit juga kenangan yang dapat membuat air mata bercucuran. Tetapi semua itu dapat terhapus dengan kenangan indah yang masih terngiang-ngiang dalam ingatan seakan-akan baru kemarin itu terjadi.

Berikut tempat-tempat masa kecil saya yang sempat saya kunjungi kembali....

Rumah nenek, tempat tinggal waktu kecil dulu

Sangat disayangkan rumah penuh sejarah ini sudah dijual dan direnovasi menjadi seperti sekarang, agak sedikit sedih sih sebenarnya, tetapi harus gimana lagi. Dirumah ini tersimpan banyak kenangan, saya lahir dirumah ini, dikamar nenek saya, rumah ini menjadi saksi kenakalan saya. Ada hal unik dari rumah nenek saya ini, perkarangan rumah ini ditanami buah-buahan yang bermacam-macam, mulai dari rambutan, duku, jambu air, jambu bol, jambu biji, sawo, sirsak, pisang, belimbing sampai manggis.

Kalau saya ingat cerita waktu kecil saya dirumah ini, saya hanya senyum-senyum sendiri, bagaimana tidak, karena rumah ini modelnya memanjang dan tidak banyak perabotan, saya sering bermain bulutangkis diruang depan bersama bapak saya. Dan juga saya sering bermain sepakbola atau footsal tepatnya didalam rumah ini juga, saya bermain sendiri dengan bola terbuat tumpukan kertas dan plastik, saya membayangkan sedang bermain bersama bintang-bintang sepakbola distadion San Siro.

SD tercinta.....

Disinilah tempatku bersekolah, meskipun hanya SD didesa, tetapi disinilah merasakan betapa indahnya persabatan dan pertualangan masa kecil, soal pertualangan waktu kecil, nanti akan saya ceritakan pada tulisan berikutnya.

Dahulu saya merasa bahwa SD ini sangat besar, sampai-sampai kami setiap istirahat sering berlomba sepeda mengelilingi halaman sekolah, tetapi saat saya berkunjung seakan-akan sekolah ini begitu kecil, tidaklah sebesar yang saya rasakan waktu SD. Saya berfikir apakah sekolah ini yang menyusut atau gimana, tetapi saya sadar kalau sayalah yang semakin besar. hehe.

Madrasah Nurul Huda....

Disinilah saya menimba ilmu agama waktu kecil, dan hal ini sangat saya syukuri sampai saat ini. Dahulu saya mengaji dimadrasah ini sesudah pulang sekolah sampai sore hari. Uniknya, saya mendapat dua ijazah sekolah tingkat dasar, pertama dari SD negeri dan yang kedua dari Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda ini.

Alhamdulillah bangunannya sekarang sudah direnovasi, dan kali ini terasa lebih besar bagi saya karena dulu bangunannya tidak sebagus ini, satu ruangan ditempati oleh dua kelas hanya dipisah oleh sekat saja.


Permainan rakyat...

Ada perbedaan yang sangat mencolok antara suasana hari raya dikampung dengan dikota. Suasana dikampung sangat terasa dan meriah, sedangkan dikota terasa sepi bagaikan kota mati.

Inilah salah satu acara lebaran kalau dikampung, diisi dengan berbagai macam permainan, ya walaupun hanya permainan sederhana tetapi ini sangat berkesan karena dapat mengakrapkan diri dengan yang lainnya.

Waktu kecil saya sering ikut permainan ini, seperti lomba balap karung, makan kerupuk dan sebagainya. Sayangnya lebaran kali ini saya tidak ikut bermain ~malu lah udah gede ini~ hehe

Sungai Batanghari....

Dahulu selepas bermain sepakbola kami bermain disungai batanghari sampai menjelang maghrib, namun sayangnya saya tidak bisa berenang, jadi saya hanya mandi ditepian sungai yang dangkal saja, hehe.

Pernah suatu ketika saya memberanikan diri untuk berenang ketengah, dan anda tau apa yang terjadi pada saya? Iya saya tenggelam dan Alhamdulillah saya masih diselamatkan oleh Allah melalui teman yang menarik saya ketepi. Syukurlah saya tidak mati dan masih bisa menulis artikel ini.

Airnya yang dulu sangat jernih sekarang sudah keruh oleh para penambang emas liar yang melakukan aktivitas penambangan disepanjang sungai. Saya berharap agar para penegak hukum dapat menertibkan penambang liar ini, agar sungai yang menjadi kebanggaan masyarakat jambi dapat kembali lestari dan jernih airnya.,

Sebenarnya masih banyak lagi kenangan-kenangan indah yang dapat saya tulis pada tulisan kali ini, namun seperti biasa, takut kepanjangan dan tidak terbaca, hehe. Mungkin akan saya tulis  lagi pada tulisan-tulisan berikutnya.

Sekian dulu ya tulisan saya kali ini, semoga ada manfaatnya dan saya yakin kalian juga mempunyai cerita juga tentang tanah kelahiran kalian.

Terima kasih tanah kelahiran, sampai jumpa lagi dilain waktu.
 

Terbanyak Dibaca