Setelah hari demi hari, tahun demi tahun berganti, akhirnya kita sekarang sudah menjadi dewasa. Namun seiring dengan kita yang telah menjadi seorang yang dewasa, perubahan-perubahan pun kita alami, banyak yang berubah mulai dari diri kita sendiri sampai orang-orang disekitar kita, baik yang sudah kita kenal lama, yang baru kita kenal bahkan yang tidak kita kenal sekalipun. Semuanya berubah seakan-akan jadi orang dewasa tak seindah yang dibayangkan sewaktu kita kecil dulu.
Jadi dewasa, semakin bertambah umur semakin bertambah pula beban dan tanggung jawab. Semakin banyak yang perlu diperjuangkan, serta semakin banyak masalah yang datang, selesai satu masalah, timbul masalah yang baru lagi. Seakan-akan masalah datang tanpa henti.
Dewasa juga membuat kita menjadi orang lain, sifat kita berubah dari sifat natural kita. Kepura-puraan yang hanya bertujuan agar terlihat berbeda dan mencari perhatian atau sekedar menyelamatkan diri dari omongan orang lain. Seiring dengan kita menjadi dewasa banyak juga sifat-sifat jelek yang kita miliki, seperti iri hati, tak peduli, egois, dan sifat jelek lainnya. Sebaliknya sifat-sifat terpuji seperti jujur, setia kawan, pantang menyerah, tulus dan sifat baik lainnya hilang dari diri kita. Justru sifat-sifat baik itu dimiliki oleh bocah yang masih polos, dan sifat-sifat jelek itu yang tersisa dalam diri kita.
Terkadang pernah terbesit dalam pikiran bahwa kita bosan menjadi dewasa, dan ingin kembali menjadi anak kecil lagi, menjadi bocah kecil yang lugu dan tulus. Namun kita harus menyadari kita tidak akan bisa kembali menjadi bocah seutuhnya, sungguh tidak akan pernah walau hanya sekejap saja. Mungkin hanya bisa didalam mimpi yang tak akan pernah menjadi kenyataan.
Meski begitu, kita masih bisa menjadi bocah dalam bentuk yang lain. Yaitu dengan belajar dari sifat-sifat baik bocah yang diterapkan dalam kehidupan kita yang katanya dewasa. Kita bisa liat betapa tulus nya anak kecil menyayangi temannya, orangtuanya, dan guru-gurunya. Kita terkadang mencintai orang lain dengan penuh pertimbangan ini dan itu, karena dia ganteng lah, pintar lah, kaya lah, atau apalah yang membuat ita cinta. Kita juga bisa melihat sifat anak-anak yang pantang menyerah dan bahkan tidak kenal apa itu sifat menyerah. Beda dengan orang dewasa yang gampang sekali menyerah, baru gagal sekali saja sudah berhenti berusaha.
Banyak lagi sifat-sifat bocah yang dapat kita ambil pelajaran untuk dapat kita terapkan pada diri kita. Dan terkadang kita mesti belajar dari bocah untuk sedikit menikmati hidup ini. Tidaklah kita melihat betapa bocah sangat tulus dan menikmati setiap detik hidupnya, tanpa ada beban, gundah dan gelisah. Tidak seperti orang dewasa yang penuh dengan gundah, galau, gelisah, sedih, yang bahkan dalam keadaan sedihpun masih juga diselimuti oleh rasa sedih. Seperti kata pepatah, tertawa dalam kesedihan dan menangis dalam sedih.
Apakah sulit bagi kita untuk menerapkan sifat-sifat keren bocah? Tentu tidak. Sebenarnya kita bukan tidak memiliki sifat seperti bocah. Kita hanya kehilangan, sifat itu hilang dalam diri kita seiring dengan terkikisnya pola pikir kita yang sok dewasa padahal sejatinya kita belumlah menjadi dewasa. Mungkin hanya dewasa dari sisi umur, namun dari perilaku dan pola pikir kita masih jauh dari kata-kata dewasa.
Dan kita tidak perlu malu dan segan untuk belajar dari bocah hanya karena umur kita jauh lebih tua. Karena banyak sekali karya-karya hebat yang lahir dan terinspirasi dari kelakuan bocah yang kerena tentunya. Ingatlah, jangan lihat siapa yang berbicara, tapi lihatlah apa yang ia bicarakan.
Pada tulisan selanjutnya akan saya ceritakan cerita saya waktu masih bocah, yang beberapa waktu yang lalau terpintas dalam benak saya kalau ternyata kelakuan saya dulu, yang saya anggap biasa saja layaknya bocah pada umumnya. Namun sekarang saya sadar ternyata saya dapat mengambil banyak pelajaran berharga dari kelakuan saya sewaktu masih bocah. Saya seperti menemukan kembali kepingan sifat-sifat yang keren itu dalam diri saya.
Jadi dewasa, semakin bertambah umur semakin bertambah pula beban dan tanggung jawab. Semakin banyak yang perlu diperjuangkan, serta semakin banyak masalah yang datang, selesai satu masalah, timbul masalah yang baru lagi. Seakan-akan masalah datang tanpa henti.
Dewasa juga membuat kita menjadi orang lain, sifat kita berubah dari sifat natural kita. Kepura-puraan yang hanya bertujuan agar terlihat berbeda dan mencari perhatian atau sekedar menyelamatkan diri dari omongan orang lain. Seiring dengan kita menjadi dewasa banyak juga sifat-sifat jelek yang kita miliki, seperti iri hati, tak peduli, egois, dan sifat jelek lainnya. Sebaliknya sifat-sifat terpuji seperti jujur, setia kawan, pantang menyerah, tulus dan sifat baik lainnya hilang dari diri kita. Justru sifat-sifat baik itu dimiliki oleh bocah yang masih polos, dan sifat-sifat jelek itu yang tersisa dalam diri kita.
Terkadang pernah terbesit dalam pikiran bahwa kita bosan menjadi dewasa, dan ingin kembali menjadi anak kecil lagi, menjadi bocah kecil yang lugu dan tulus. Namun kita harus menyadari kita tidak akan bisa kembali menjadi bocah seutuhnya, sungguh tidak akan pernah walau hanya sekejap saja. Mungkin hanya bisa didalam mimpi yang tak akan pernah menjadi kenyataan.
Meski begitu, kita masih bisa menjadi bocah dalam bentuk yang lain. Yaitu dengan belajar dari sifat-sifat baik bocah yang diterapkan dalam kehidupan kita yang katanya dewasa. Kita bisa liat betapa tulus nya anak kecil menyayangi temannya, orangtuanya, dan guru-gurunya. Kita terkadang mencintai orang lain dengan penuh pertimbangan ini dan itu, karena dia ganteng lah, pintar lah, kaya lah, atau apalah yang membuat ita cinta. Kita juga bisa melihat sifat anak-anak yang pantang menyerah dan bahkan tidak kenal apa itu sifat menyerah. Beda dengan orang dewasa yang gampang sekali menyerah, baru gagal sekali saja sudah berhenti berusaha.
Banyak lagi sifat-sifat bocah yang dapat kita ambil pelajaran untuk dapat kita terapkan pada diri kita. Dan terkadang kita mesti belajar dari bocah untuk sedikit menikmati hidup ini. Tidaklah kita melihat betapa bocah sangat tulus dan menikmati setiap detik hidupnya, tanpa ada beban, gundah dan gelisah. Tidak seperti orang dewasa yang penuh dengan gundah, galau, gelisah, sedih, yang bahkan dalam keadaan sedihpun masih juga diselimuti oleh rasa sedih. Seperti kata pepatah, tertawa dalam kesedihan dan menangis dalam sedih.
Apakah sulit bagi kita untuk menerapkan sifat-sifat keren bocah? Tentu tidak. Sebenarnya kita bukan tidak memiliki sifat seperti bocah. Kita hanya kehilangan, sifat itu hilang dalam diri kita seiring dengan terkikisnya pola pikir kita yang sok dewasa padahal sejatinya kita belumlah menjadi dewasa. Mungkin hanya dewasa dari sisi umur, namun dari perilaku dan pola pikir kita masih jauh dari kata-kata dewasa.
Dan kita tidak perlu malu dan segan untuk belajar dari bocah hanya karena umur kita jauh lebih tua. Karena banyak sekali karya-karya hebat yang lahir dan terinspirasi dari kelakuan bocah yang kerena tentunya. Ingatlah, jangan lihat siapa yang berbicara, tapi lihatlah apa yang ia bicarakan.
Pada tulisan selanjutnya akan saya ceritakan cerita saya waktu masih bocah, yang beberapa waktu yang lalau terpintas dalam benak saya kalau ternyata kelakuan saya dulu, yang saya anggap biasa saja layaknya bocah pada umumnya. Namun sekarang saya sadar ternyata saya dapat mengambil banyak pelajaran berharga dari kelakuan saya sewaktu masih bocah. Saya seperti menemukan kembali kepingan sifat-sifat yang keren itu dalam diri saya.