Lama tidak menulis diary saya waktu kuliah, kali saya akan menulis lanjutan dari catatan diary saya waktu dikampus, dimana sebelumnya sudah sampai pada bagian 6 (baca : Catatan Kampus (Bagian 6) - Pengalaman praktek klinik di Rumah Sakit).
Pada catatan kampus kali ini, saya akan menulis pengalaman saya sewaktu menjadi Presiden BEM.
Ok mari kita mulai ceritanya.... Alkisah pada jaman dahulu kala.....~udah kayak dongeng saja~
Ketika itu saya duduk disemester tiga....
Sebenarnya sejak awal saya tidak ingin untuk menjadi Presiden BEM, karena pada waktu saya sedang sibuk untuk dalam mengembangkan majalah islami kampus yang bernama Majalah Asy-Syifa bersama teman-teman saya yaitu Ade Suryadi dan Yusriadi, yang Alhamdulillah sudah dikenal luas dikalangan mahasiswa ataupun dosen, kami juga berencana memasarkan majalah ini keluar kampus. Selain itu saya juga berencana ingin membuat buletin kampus. Bagaimana kisah majalah yang saya dan teman-teman saya kembangkan ini? Nanti akan saya ceritakan pada tulisan berikutnya.
Sekarang kita lanjutkan ketopik judul kita sekarang...
Saya sudah bergelut dengan majalah Asy-Syifa ini sejak semester dua, namun ketika saya memasuki semester tiga dan pada saat itu kampus akan memilih Presiden BEM yang baru karena yang lama sudah habis masa jabatannya. Dan atas saran dari teman-teman dan juga para dosen, mereka meminta saya untuk mencalonkan diri sebagai Presiden BEM, saya tetap tidak terlalu mau untuk maju, tetapi karena mereka meminta saya, ya terpaksa saya penuhi, dengan konsekuensi saya tidak bisa lagi mengurusi majalah yang saya cintai tersebut.
Akhirnya sayapun mencalonkan diri, dan bersaing dengan kandidat yang lain, ada dua orang waktu itu, dan ada debat kandidatnya juga loh dengan panelis Direktu dan para Pudir, hehe. Hari pencoblosanpun berlangsung, dan hasilnya saya menang mutlak dengan selisih suara yang sangat jauh dari kandidat lainnya.
Rapat pertama .......
Setelah dilantik, sayapun memilih susunan kabinet ~udah kayak RI 1 aja~, maksudnya memilih anggota BEM. Saya langsung mengadakan rapat pengurus dan itu adalah rapat pertama saya sebagai Presiden BEM, biasanya saya sebagai anggota hanya manut-manut saja kalau ada rapat. Nah ini, saya yang harus memimpin rapat. Hari itu saya berusaha untuk menghilangkan rasa grogi saya dengan pasang muka sotoi aja, seolah-olah saya tahu segalanya. hehe
Hari-hari menjadi Presiden BEM
Ada sedikit perubahan yang saya lakukan dibandingkan dengan periode sebelumnya, yaitu saya dan anggota lain membuat Renstra (Rencana Strategis) dan RAB (Rancangan Anggaran Belanja), serta LPJ (Laporan Pertanggungjawaban) dimana ini tidak pernah dibuat pada periode sebelumnya, dan Alhamdulillah masih diteruskan sampai periode sekarang.
Kegitan-kegiatan kemahasiswaan hampir sama saja dengan yang lalu, dan berlangsung dengan lancar dan dapat dipertanggungjawabkan, walaupun saya sempat dikritik (bahkan ada dengan kritikan yang sangat kasar) oleh beberapa mahasiswa karena saya tidak terlalu sering hadir dalam beberapa kegiatan. Tetapi aku rapopo, yang namanya kriktik pasti akan selalu ada.
Sempat mengajukan pengunduran diri
Walaupun direktur tidak menyetujui dan masih menginginkan saya memimpin BEM, tetapi hal ini cukup membuat teman-teman dekat dan para dosen terkejut, mengapa saya mengajukan pengunduran diri. Tetapi saya punya alasan sendiri, saya sudah sangat lelah menjadi Presiden BEM, selain itu banyaknya kritik kasar yang ditujukan pada saya juga salah satu alasannya, dan juga dengan menjadi Presiden BEM membuat kegiatan-kegiatan saya sebelum menjadi Presiden BEM menjadi terbengkalai seperti Majalah Asy-Syifa yang mati karena saya tidak sempat lagi mengurus.
Namun, setelah mendapat nasehat dari teman dekat dan dosen-dosen, maka saya akhirnya memutuskan untuk tidak jadi mengundurkan diri. Tentu dengan konsekuensi-konsekuensi yang harus saya tanggung, seperti harus kejar-kejaran dengan mengurus majalah Asy-Syifa, praktek klinik, dan seterusnya.
Akhir dan kenangan yang manis
Akhirnya saya dapat menyelesaikan tugas saya untuk memimpin BEM, saya mempersiapkan LPJ (Laporan Pertanggungjawaban) saya selama menjadi Presiden BEM yang saya bacakan dihadapan para dosen dan mahasiswa dalam Musyawarah Besar Mahasiswa.
Walaupun banyak suka dan dukanya, namun pengalaman ini sangat berharga bagi saya. Ada banyak pelajaran yang dapat saya ambil dan dapat saya terapkan dimasa yang akan datang.
Terimaksih BEM, terima kasih teman-teman anggota BEM, yang telah banyak membantu saya dalam memimpin BEM.
Keren.. Saya malah baru mau masuk di smester 1.. :D. . eh masbro, jabatan presiden BEM itu berapa semester? Itu pembuatan majalah asy-syifa atas nama pibadi, kelompok atau organisasi? Penasaran uey.. :/
ReplyDeleteJabatan presiden BEM itu 2 semester (1 tahun). ..Pembuatan majalah Asy Syifa ya kelompok organisasilah, kan ada tim redaksinya, saya sebagai PEMRED nya. Itu organisasi dibawah naungan BEM.
ReplyDeleteinspiratif mas:) kalau Saya insha Allah dipercaya jadi GubMa Mas dengan pengalaman Saya di UKM Kewirausahaan sebagai wakil dan UKM Komunisi jadi Ketua Divisi Jurnalistik, ^^^
ReplyDeleteKeren keren
DeleteOo, jadi majalah islam itu ada redaksinya dan redaksinya milik BEM juga... berarti masbro sudah masuk BEM sebelum jadi presidannya ya,.. huebat... saya kira ada organisasi sendiri yang terpisah dari BEM itu sendiri seperti LDK misalnya (Lembaga Dakwah Kampus).. :)
ReplyDeleteIya saya sebelum jadi Presiden BEM, sudah masuk BEM dan PEMRED Majalah Asy Syifa juga.
ReplyDelete