Hidup Kita Seperti Kertas Kosong, Kitalah Yang Menulis Setiap Halamannya.

Semua tulisan di blog ini ditulis oleh Robensa Atmenperi

Catatan Kampus (Bagian 9) - Pengalaman asam manisnya jadi anak kos

Thursday, December 25, 2014

Halo bocah-bocah, apa kabar anda hari ini?

Pada tulisan kali ini saya akan menceritakan tentang pengalaman saya menjadi anak kos. Yang penuh dengan berjuta rasa, ada asam, asin, pahit, manis, kecut. ~Nano-nano kali~

Sebenarnya saya kuliah dikota tempat saya tinggal bersama orangtua saya yaitu di Akper Setih Setio Muara Bungo, kabupaten Bungo. Jadi selama kuliah saya tidak pernah ngekos. Namun pada semester 3, kami praktek klinik selama 1 bulan di Rumah Sakit Kol. Abunjani, Kabupaten Merangin. Jadi terpaksa saya ngekos selama 1 bulan dikota Bangko, Merangin. Saya ngekos bersama teman dekat saya Ade Suryadi, biar irit juga sih bayar uang kosannya.

Hari pertama ngekos...
Kami berangkat dari Bungo menuju Bangko pagi minggu menggunakan motor, saya membawa barang-barang mulai dari baju sekoper, alat-alat praktek, buku-buku dan peralatan lainnya. Sedangkan Ade juga membawa baju sekoper juga, setrikaan dan megic com. Jarak antara Muara Bungo dan Bangko sekitar 70 KM, sekitar 1 jam perjalanan. Kami berangkat menggunakan sepeda moror masing-masing. Sebelum berangkat, kami mampir ketoko fotocopy untuk mengambil buku panduan praktek klinik. Ade yang membawa alat pemasak nasi ~magic com~ turun dari motor dengan meletakkan meletakkannya diatas jok motor, kamipun masuk kedalam untuk mengambil buku. Selang beberapa saat, saya mendengar suara barang jatuh, dan ternyata itu adalah magic com yang jatuh dari motor, pecah dibagian atasnya, beruntung tidak rusak parah dan masih bisa digunakan, namun wajah Ade terlihat pucat, seperti orang yang takut dimarahi oleh ibunya yang kesal karena magic com nya pecah. Semoga ini bukan pertanda buruk, dan perjalanan dua orang pengembarapun dilanjutkan.

Begitu sampai dikos jam 10 pagi, kami berdua langsung menurunkan barang-barang kami, diruangan yang kosong, hanya ada sebuah kasur dan dua bantal, satu buah lemari dengan dua pintu tanpa ada sekat pembatas diantara kedua pintu. Selesai beres-beres, kami pergi kepasar untuk membeli peralatan seperti piring, gelas, sendok, air minum dan berberapa peralatan lainnya. Serasa jadi ibu-ibu rumah tangga sejati lah pokoknya.

Setelah semuanya beres, kami makan dengan bekal yang dibawa dari rumah, cukup banyak sih, lumayan ngak beli makanan selama 2 hari, biar ngirit. Namun sayangnya nasi yang dibawa hanya cukup buat sekali makan, sehingga kami harus memasak nasi lagi, untung Ade membawa magic com, sayapun langsung memasak nasi walaupun saya tidak tau berapa takaran air untuk memasak nasi, begitu magic com dicolokkan kelistrik, betapa terkejutnya saya tiba-tiba terdenganr suara ledakan dari sumber arus listrik yang disertai dengan mati lampu, ternyata listriknya terjadi konsleting. Yaah ngak jadi masak nasi deh, gimana mau makan malam coba? Kami mencoba menghubungi pemilik kos, namun sialnya dia tidak ada ditempat. Tepat jam 21.00 barulah sang pemilik kos memperbaikinya, sehingga listrik menyala lagi dan kamipun memasak nasi untuk makan malam jam 22.00.  Setelah cukup lelah diperjalan, merapikan kos, serta listrik konslet dan makan malam yang telat, sayapun beristirahat untuk persiapan praktek klinik dirumah sakit besok pagi.

Magic com (Pemasak nasi) disulap jadi pemasak makanan
Kami hanya membawa sebuah magic com, jadi sebenarnya hanya bisa memasak nasi saja dan lauknya beli diluar, tetapi berhubung makanan diluar agak kurang terjaga kebersihannya dan agak kurang enak rasanya menurut saya ~bilang saja mau ngirit~ , jadi saya memutuskan untuk memasak sendiri makanannya. Namun masalahnya saya tidak punya kompor dan wajan untuk memasak makanan, namun sebagai seorang pertualang sejati saya tidak hilang akal, saya memikirkan bagaimana caranya memasak makanan sedangkan saya tidak punya kompor dan kuali.

Taa raa...Dan jadilah, magic kom disulap menjadi alat untuk memasak makanan. Masakan hasil eksperimen yang bisa saya masak diantaranya nasi goreng, telor goreng, mie rebus, mie goreng, tumis kangkung saus tiram dengan ekstra tahu, dan tempe goreng. Agar tidak merusak magic com, saya menggunakan margarin untuk menggoreng, agak lama sih dalam proses penggorengan, tapi masakan yang becita rasa tinggi pasti membutuhkan proses memasak yang lama dan detail.

Lalu bagaimana dengan rasa masakan yang saya masak. Berikut akan komentar dari orang-orang yang mencicipi masakan saya :
1. Saya sendiri ; Rasanya enak, nikmat, dimakan pakek nasi sampe nambah sangking enaknya (catatan : Kondisi lapar pulang praktek dirumah sakit)
2. Ade Suryadi, teman satu kos : Menurut dia rasanya enak, nambah juga sangking enaknya (Catatan : Kondisi lapar juga pulang praktek dirumah sakit)
3. Yusriadi, teman juga tapi beda kos : Ketia dia mencicipi makanan saya, dia hanya terdiam dan tanpa mengucap sepatah katapun dengan sedikit senyum kecil. Namun saya bisa mengartikan apa perasaan dia saat itu, mungkin seperti antara mau bilang enak tapi takut membohongi hati nurani, dan mau bilang tidak enak takut saya tersinggung.

Namun setelah saya dan teman-teman mencicipi masakannya, saya dapat menyimpulkan dan kali ini saya harus jujur mengatakannya kalau makanan saya memang tidak enak. Dan mungkin kalau diikutkan dalam kontes memasak akan ditolak sebelum bertanding, karena dilihat saja tidak menarik untuk dicicipi apalagi dimakan, apalagi dijual.

Hemat pangkal capek, boros pangkal sengsara 
Hidup sebagai anak kos memang sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan tinggal bersama orangtua. Disini harus serba sendiri, masak sendiri, cuci baju sendiri, nyetrika sendiri, sampai cari jodohpun sendiri ~nah loh~. Pokoknya harus bisa hidup mandiri lah, begitu juga dengan keuangan, harus pintar-pintar dalam membelanjakan uang yang dikasih sama orangtua.

Saya mencoba menjadi anak yang cerdas dalam membelanjakan uang, saya mulai untuk berhemat agar tidak boros sehingga harus minta uang tambahan lagi. Dalam hal ini saya mempunyai strategi untuk hidup hemat dan efisien, berikut strateginya :
1. Harus masak sendiri, beli makanan diluar hanya boleh jika sudah kepepet, seperti terlalu lapar atau kehabisan bahan untuk dimasak
2. Harus nyuci sendiri
3. Jika mau jalan-jalan, usahakan nebeng teman, biar hemat bensin.

Strategi itu ternyata sukses, dengan hasil uang yang diberikan oleh orangtua saya masih bersisa, dan sisanya bisa saya tabung, yeyeye. Memang sih dalam hidup berhemat apalagi hidup sebagai anak kosan terkadang cukup berat dan terasa begitu melehkan. Namun jika kita tidak pandai-pandai dan berhemat, apalagi kita boros siap-siap monster yang bernama sengsara akan menerkam anda tanpa belas kasihan, Jadi waspadalah wasapadalah.

Dari baju yang berkerut, sampai nyeker kerumah sakit
Hal-hal yang tidak biasa ketika hidup bersama orangtua, menjadi hal yang biasa ketika ngekos. Kalau biasanya baju saya rapih, ketika ngekos baju yang berkerut karena nyetrika yang tidak rapi atau bahkan tidak disetrika jadi hal yang biasa. Kalau biasanya pulang kuliah makan sudah terhidang dimeja makan dan tidak pernah telat, hidup dikosan malah harus masak makanan dulu baru bisa makan, dan jadwal makan yang telat menjadi hal yang lumrah disini.

Tapi pengalaman yang paling miris ketika saya ngekos adalah tentang sepatu dinas yang dicuri orang, gara-gara selepas dinas saya lupa membawa masuk sepatu dan saya tinggal saja diluar, mana itu sepatu satu-satunya yang saya punya dan itupun sepatu bapak yang baru dibelinya namun saya pinjam buat dinas dirumah sakit. Terpaksa saya nyeker kerumah sakit dengan sandal jepit untuk meminjam sepatu kawan saya yang untungnya dia punya dua sepatu. Sengsaranya, kaki saya lumayan besar, ukuran 42, sedangkan sepatu kawan saya ukurannya 40, jadi kebayang kan betapa sengsaranya saya memakai sepatu itu. Untung waktu itu masa praktek tinggal 4 hari lagi, kalau masih 2 minggu lagi saja, mungkin kaki saya bisa diamputasi gara-gara aliran darah yang tidak lancar.

Saya rasa sekian dulu tulisan saya kali ini tentang pengalaman saya menjadi anak kosan. Meskipun cuma satu bulan, namun itu sangat berkesan dan saya rasakan manfaatnya. Saya sangat terkesan, senang, excited, dan penuh dengan pertualangan yang seru, serta penuh cerita yang sulit dilupakan dan tak cukup kertas untuk ditulis. Semoga tulisan saya kali ini tidak hanya sebagai hiburan saja bagi para pembaca, namun ada manfaat dan pelajaran yang dapat kalian ambil.

Terima kasih, sampai jumpa dicerita saya selanjutnya. 

Artikel Terkait

31 comments

  1. haha derita anak kos bro :v
    lanjutkan ceritanya bro ....

    ReplyDelete
  2. penuh perjuangan kyak nya, semangat aja gan kuliah nya (y)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ini pengalaman masa lalu. Ane udah selesai kuliahnya

      Delete
  3. ane save dulu ya,
    nanti klo lagi gk sibuk ane baca bro
    nice post

    ReplyDelete
  4. Wih susah senangnya anak kostan penuh perjuangan ya gan.

    ReplyDelete
  5. ASYIK NIEH Artikrl bang robenso


    http://denabo.blogspot.com/

    by : Dede Rohendi thea

    ReplyDelete
  6. penuh perjuangan yaa. aq juga pernah ngrasain jadi anak kos.

    ReplyDelete
  7. Keren gan, bisa jadi pelajaran buat kami-kami ini :D

    ReplyDelete
  8. Hidup mandiri memang sangat sulit gan :D

    ReplyDelete
  9. Bagus nih gan ceritanya, manteb :D
    Follback sukses gan.

    http://www.yuzuf.ml

    ReplyDelete
  10. wah... ternyata nge-kos juga punya cerita :v
    kelihatannya menarik jadi anak kos-an :v
    kunjung balik gan
    => http://suckshare.blogspot.com/ (y)

    ReplyDelete
    Replies
    1. haha, banyak cerita yang bisa ditulis dari ngekos gan.
      Eh, pernah ngekos ngak?

      Delete
  11. Hadir.
    Kunbal Nya.
    Nursidikvisca.mywapblog.com

    ReplyDelete

 

Terbanyak Dibaca