Njirrr, Awal yang buruk untuk memulai suatu tulisan, memberikan pengertian saja sudah keliatan kebegokan saya. Dan semakin terlihat kalau saya hanya seorang penulis amatir yang tidak bisa menulis tulisan yang bagus atau lebih tepatnya NGAK PENTING.
Namun tujuan saya menulis sebenarnya bukan untuk membuat tulisan yang bermutu seperti buku-buku ilmiah tentang minyak bumi atau tentang teknologi. Bukan juga tentang novel-novel agama yang penuh perasaan yang mendalam seperti Ayat-Ayat Cinta, atau novel-novel romantis seperti karangan Tere Liye. Dan tidak juga novel-novel pertualangan detektiv yang memecahkan kasus-kasus yang rumit seperti novel Sherlock Holmes.
Tidak tidak tidak, tujuan saya menulis adalah untuk menyampaikan apa yang saya fikirkan, menulis apa yang menggangu fikiran saya dan yang utama adalah untuk berbagi. Berbagi semua yang saya fikirkan, yang saya rasakan dan yang saya alami. Entah itu suka ataupun duka, romantis atau basi, dan bermanfaat atau tidak. Yang terpenting adalah semuanya dapat tersampaikan melalui tulisan-tulisan saya.
Namun alasan diatas sebenarnya hanya pendukung saja, ada alasan sebenarnya kenapa saya menyampaikan semua yang saya alami melalui tulisan. Ini berkaitan dengan kemampuan berbicara saya. Bukan, bukan, saya tidak tunawicara (orang yang tidak bisa bicara), tetapi saya tunacinta (tidak punya pasangan). Saya tidak fasih untuk berbicara didepan orang-orang, bicaranya tidak jelas, gerogi, gugup, kalo kata teman-teman sih kayak orang stroke yang sedang belajar ngomong lagi. Jadi itu sebabnya saya memilih media tulisan sebagai sarana untuk berekspresi.
Sepertinya ini jadi terlalu panjang sebagai permulaan tulisan dan semakin nampak jelas saya memang penulis begok ditambah gugup kalo berbicara dengan orang apalagi dengan cewek #Jangan anggap serius. Oh atau jangan-jangan ini salah satu penyebab saya belum kawin kawin juga sampai sekarang? Hmmmmm.
Sebaiknya kita langsung kepenghulu saja ya. Kecerita maksudnya.
Waktu SD sepertinya saya sama seperti kebanyakan anak lainnya, suka pipis dicelana, ingus meler-meler, telingan keluar cairan. Ngak, ngak itu cuma becanda kok. Maksudnya ya sama seperti anak lainnya yaitu nakal. Bukan nakal seperti orang dewasa ya, nakal-nakalnya anak-anak lah. Tau kan bedanya nakal anak-anak dengan nakalnya orang dewasa?
Meskipun teman-teman bilang kalau saya sedikit sotoy (bahasanya diperhalus dikit), namun saya tidak pernah menganggap diri saya seperti itu. Saya berkesimpulan kalau saya hanya memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Meskipun tidak jarang kalau kelakuan saya itu dapat merugikan saya sendiri dan teman-teman. Bukannya rasa percaya diri itu penting untuk dimiliki oleh setiap orang. Rasa percaya diri penting untuk meningkatkan kemampuan seseorang sehingga akan membuat tingkat keberhasilan dalam melakukan sesuatu menjadi tinggi. Seseorang yang tidak punya percaya diri akan cenderung minder dan dekat demgan kegagalan. Begitu menurut analisa sederhana saya.
Iya sih. Tapi liat-liat sikon dan tempat juga kalee......Kalau ngak mau seperti ini.
Suatu sore ketika kami selesai bermain sepakbola, seperti biasanya saya dan teman-teman bermain disungai, waktu saya kelas dua SD, belum bisa dan belum jago berenang (sekarang juga ngak bisa). Berhubung sungainya dalam, jadi kami hanya bermain dipinggirnya saja. Namun karena sudah bosan berenang dipinggir saja, aku berinisiatif untuk berenang ketengah. Teman-temanku menolak karena takut tenggelam karena tidak bisa berenang.
Namun dengan percaya dirinya aku meyakinkan teman-teman agar mencoba untuk berenang ketengah.
Roben :" Eh kaliah ngak bosan berenang ditepi terus kayak anak-anak? (padahal emang masih anak-anak)"
Redo : "Tapi ditengah itu dalam loh airnya, ntar tenggelam, mati, mayatnya kita ngak bisa ditemukan, trus arwah kita gentayangan, Ihhh seram, takut aku liat arwah gentayangan."
Roben : "Begok banget sih loh, kan yang jadi arwahnya kamu? Ngapain mesti takut?"
Redo : "Kan arwah gentayangannya banyak, ya aku takut lah ben"
Roben : "Serah loh deh. Ayok berenang ketengah, kayak anak-anak aja berenang ditepi."
Redo : "Ngak ah, belum berani aku."
Ade : "Iya, aku juga ngak berani ben, takut tenggelam."
Roben : "Ngak apa kok, nyantai aja."
Meski teman-temanku tidak berani untuk berenang ketengah, namun aku dengan pedenya memberanikan diri untuk beranang jauh ketengah. Kubuka baju, celana dan celana dalam (telanjang bulat). Kok telanjang bulat sih? Ngak malu? Ngak lah, kan masih anak-anak, selain itu biar jaga-jaga biar ngak diserang ikan buntal, kan kalau telanjang kan agak mirip ##### saya dengan ikan buntal, jadi disangka temannya, jadi ngak digigit.
Satu, Dua, Tiga, byurrrrrrrrr. Dengan penuh gaya, tangan didepan kepala, kaki mendorong badan kedepan, dan akupun mencebur keair yang dalam persis seperti atlet renang professional yang sedang membela Indonesia di even Olympiade.
Setelah masuk keair, ternyata teman-temanku benar, airnya ternyata dalam, dan gawatnya aku tidak bisa berenang. Mau minta tolong malu pula, sudah terlanjur berlagak seperti atlet prosessional tadi. Aku mencoba menyelamatkan diri,tangan dan kakiku berusaha menggapai permukaan sudah persis seperti bencong kesentrum listrik. Mulutku megap-megap kemasukan banyak air sudah persis kayak ikan lohan yang akan dipanggang.
Pujianto : Wah, keren gaya berenangmu ben, gaya baru
Roben : "Jleb jleb jleb"Aku tidak bisa menjawab karena mulutku kemasukan air
Ade : "Keren ben, lanjutkan. Ntar ajarin aku ya gaya berenang seperti itu".
Roben : "Gile lu, aku ini mau tenggelam bukannya ditolongin, malah diliatin aja". kataku dalam hati.
Aku terus meronta-ronta, namun semakin aku meronta semakin ternggelam diriku kedalam, rasanya dasar sungai menarikku kebawah dan teman-temanku hanya melihat saja.
"Ayo ayo ayo, go go go Roben" Sorak mereka menyemangati seperti sedang dalam lompa Olympiade.
Tangan dan kakiku sudah terasa lemah, semua usahaku untuk keluar dari air sia-sia. Sepertinya ini adalah akhir dari kisah hidupku. Selamat tinggal teman-teman, untuk redo maaf aku telah naruh mata pena diatas bangku ketika kamu mau duduk, buat lusi si"ncel" maafkan aku yang telah mengintip isi rokmu dengan menaruh kaca dibawah rokmu, selamat tinggal ayah ibu maafkan aku yang telah bermain bola didalam rumah sehingga membuat pecah guci yang belum lunas, selamat tinggal dunia, selamat tinggal semuanya.
Namun keajaiban terjadi, tiba tiba saya ditarik ketepi oleh yon, tetanggaku sebelah rumah. Hmmm selamat, selamat, hampir saja aku mampus. Padahal tadi udah merenungi kesalahan-kesalahan yang pernah kuperbuat dimasa lalu. ~Kayak udah lama hidup saja, padahal masih bocah ini~.
Yon : "Ndak tau berenang kok berenang ketengah sih ben, untuk aku cepat nampak kamu. Kalau ngak udah tenggelam tadi" Kata yon memarahiku dengan nada keras
Roben : "Aku kira tadi airnya ngak dalam bang" Kataku dengan nafas terengah-engah karena kebanyakan terminum air sungai. Udah persis kayak ikan yang keluar dari air.
Yon : Makanya jangan sok tau, Udah sana pulang
Roben : Iya bang bentar lagi, abang pulang aja duluan, tapi jangan bilang-bilang sama bapak ibu aku ya bang
Yon : Aman lah itu, aku dapat dipercaya kok, rahasia terjaga
Redo : "Kamu tadi ngapain ben, berenang gayanya kok aneh? Gaya baru ya?" Tanyanya dengan muka polos tak berdosa seperti bayi yang baru lahir, putih bersih seperti kertas tanpa noda. Kampret ni anak, udah tau aku hampir mati tenggelam malah ngak ditolongin.
Roben : Iya gaya baru, keren kan?
Redo : Apa nama gayanya ben?
Roben : Gaya kodok jomblo kesetrum listrik
Redo : Owhhh
Roben : Kampret lu, aku tadi tenggelam begok, bukannya ditolong malah disorakin.
Redo : Hahaha. Serius tenggelam? Sumpah aku ngak tau ben. Kirain itu berenang gaya baru. maaf maaf deh ben. hehe
Ade : Iya ben, aku juga ngak tau apa-apa, bukan aku pelakunya kok. Sumpah. Bukan aku yang makan gorengan dikantin ngak bayar tadi pagi.
Roben : Oh jadi kamu yang makan gorengan ngak bayar. Kampret lu, aku yang jadi sasaran ibu kantin tadi pagi. Eh kok jadi ngomongin gorengan sih. Ini soal aku tenggelam..begok.
Ade : Maaf ben, aku sama kayak redo, sama-sama cowok.
Roben : Busyet, serah lo deh. Aku mau pulang kerumah orangtuaku
Redo, Ade : #@$!%!*(@!(
Akupun langsung pulang kerumah. Dengan muka pucat pasi, badan kurus, berjalan terengah-engah, lunglai udah persis kayak layangan putus yang udah yang mau dikejar lagi pemiliknya, sama kayak hati ini, sepi, kosong tak ada yang memiliki #CurhatanJomblo.
Sesampainya dirumah, akupun membuka pintu dan mencoba bersikap seperti biasanya.
Ibu : Dari mana ben?
Roben : Dari habis main bola
Ibu : Kok basah basahan, habis main kesungai ya?
Roben : Ngak, tadi lapangannya banjir, makanya basah
Ibu : Jangan bohong, kamu main kesungai kan? Tenggelam kan? Tadi si Yon bilang, untung ada dia yang nolong kamu.
Kampret juga ni Yon, katanya ngak bakal dikasih tau, eh taunya tau juga keorangtuaku. Emang pagar makan sate kambing ni orang.
Roben : *EmotNangis* *EmotNangis* *EmotNangis* ~Bikin emot diblog gimana sih caranya?~
PLAKKKKK, sebuah tamparan bertengangan tinggi dari bapakku mendarat dibahuku.
Bapak : Besok ngak boleh lagi main kesungai, awas kalau main lagi, bapak sedot tu air sungai biar kering.
Roben : Iya pak, janji ngak main lagi.
Ibu : Dengar tu kata bapakmu, udah sana mandi, ganti baju, makan.
Roben : Iya bu, seraya berjalan kekamar mandi dan berenang dibak mandi #Q#$Q*
Paginya aku berangkat kesekolah naik sepeda seperti biasanya, jaraknya sekitar 3 kilometer, lumayan jauh sih kalau ditempuh dengan berjalan kaki. Tapi tidak masalah lumayan sekalian olahraga biar ngak terkena Osteoporosis, kan banyak tu orang-orang tua yang kena Osteoporosis, jadi aku olahraga sekarang biar nanti tua tinggal nyantai-nyantai ngak usah olahraga lagi, karena udah nabung olahraga waktu kecil. Dan karena perginya bareng-bareng sama teman-teman jadi ngak berasa. Memang benar kata orang, dengan bersama-sama teman semua kesusahan akan terasa ringan. Namun sayangnya teman-temanku begok semua, masih dendam aku sama kejadian kemarin sore, masak temannya tenggelam disungai diliatin aja, malah dikira beranang gaya baru. Awas ya, tunggu pembalasanku, pas makan dikantin nanti aku kentutin makanan kalian, makan tuh gas beracun.
Lonceng istirahat berbunyi, kamipun berlarian kekantin, entah apa motif dan motivasinya kok harus lari siapa cepat dari kelas nyampe kantin. Saya mengamati dan menganalisa tentang fenomena aneh ini dan setelah melakukan penelitian panjang selama 5 menit akhirnya saya mendapatkan kesimpulan sementara dimana ada tiga kemungkinan alasan kenapa kami selalu berlarian dari kelas kekantin. Pertama karena kelas kami udaranya sangat panas sehingga begitu bel istirahat berbunyi kami langsung lari. Kedua makanan masakan ibu kantin sangatlah enak sehingga baunya tercium dari kejauhan dan kami semakin bernafsu dan berlari menuju kantin. Ketiga karena kami masih anak-anak ya wajarlah berlarian kekantin, masak anak-anak kekantin sambil ngombrolin masa depan energi alam Indonesia. Dan saya menyimpulkan kalau kemungkinan ketigalah yang paling tepat. Kami masih anak-anak.
Sepulang sekolah aku, Redo, dan Ade pulang jalan kaki, dijalan didepan kami melihat ada orang yang terganggu kejiwaannya alias gila, orang ini gilanya kumat-kumatan, kalau lagi kumat dia berkeliaran kemana-mana dan bisa menyerang orang-orang secara fisik, kalo kita lari akan dikejar habis-habisan. Tetapi kalau lagi kumat dia tidak mengganggu orang-orang, hanya duduk menung didepan rumahnya. Dia tinggal sendiri dirumahnya dan ditelantarkan oleh keluarganya, usianya paruh baya sekitar 50 tahunan lah. Sekarang sebagai seorang perawat sedikit banyak saya mengerti kalau penyakit kejiwaan tidak boleh ditelantarkan begitu saja seperti sampah, melainkan diberi dukungan dan dibawa kerumah sakit jiwa untuk diberi perawatan dan pemulihan mental.
Namun saat itu kan saya masih anak-anak, jadi ngertinya ya main doang ngerjain orang, ngak peduli siapa yang jadi bahan kejahilan, bahkan orang gila sekalipun.
Roben : "Eh liat tu ada orang gila, kerjain yuk"
Redo : "Jangan ben, ntar kita dikejar, liat tu dia bawak kapak lagi"
Ade : "Iya ben, kayaknya dia lagi kumat gilanya"
Roben : "Ah ngak, dia lagi baik kayaknya hari ini, ngak akan dikejar kita, percaya deh" Kataku meyakinkan redo dan ade.
Redo : "Gala lu, ntar kalau dia marah, kita dikejar lalu dibacok pakek kapaknya lalu mati, kan malu kalau matinya dibacok sama orang gila ben" Kata redo dengan muka ketakukan dan polos alias begok.
Ade : Iya ben, aku ngak mau mati sekarang, ntar kalau aku mati, bapak sama ibuku nangis seminggu dan ngak mau makan, lalu mati juga nyusul aku. Hiks Hiks Hiks
Roben : Apa sih, kalian terlalu banyak berkhayal. Ngak apa-apa kok, liat ya" Seraya berjalan menuju orang gila itu.
Lalu aku mengagetkannya dengan berteriak sambil menendang pantatnya, Plakkkk. Seketika orang gila itu kaget dan melihat kebelakang dengan muka merah dan memegang kapaknya, sepertinya dia bersiap untuk mengejar kami, ganas persis kayak banci yang dapat pelanggan yang gantengnya kayak Lee Min Ho lagi minum kopi luwak. Emang benar ya Lee Min Ho gantengnya kebangetan, andai aku seganteng dia, andai senyumku semanis dia, andai kulitku semulus dia, andai gaya rambutku serapi dia, pasti cewek-cewek banyak yang naksir sama aku. #Ini kenapa jadi bahas Lee Min Ho sih?.
Tau orang gila itu pasti akan mengejar, kamipun langsung lari tunggang langgang dengan kecepatan penuh, orang gila itu terus mengejar kami sambil memegang kapaknya.
Redo : "Tu kah ben, apa kau bilang, dia lagi kumat sekarang" Katanya sambil kami berlari dikejar orang gila itu.
Ade : Iya ben, pokoknya kamu harus tanggung jawab.
Roben : Gila lu ya, tanggung jawab apa? Masak aku harus berkelahi sama dia
Ade : Iya" Katanya dengan polosnya
Roben : Kampret lu
Kami terus dikejar, aku memustuskan agar kami berpencar menjadi tiga, dan sialnya aku yang jadi sasaran kejaran orang gila itu.
Roben : Huhhh huhhh huhhh, Kayaknya kita harus menyusun strategi.
Redo : Apa strateginya?
Roben : Kita harus pecahkan konsentrasinya, kita benpencar jadi tiga, redo jadi boboiboy api, ade jadi boboiboy air, dan aku jadi power ranger.
Ade : Kok kamu jadi power ranger sih ben? Aku mau jadi power ranger
Redo : Aku juga ngak mau jadi boboiboy air, aku mau jadi ultramen
Roben : Aduhh, ya udah ya udah, ade jadi power ranger, redo jadi ultramen, aku jadi spiderman aja. Ok skarang kita berpencar.
Kami berpencar dan orang gila itu mengejar spiderman dan itu aku. Kampret, knapa lu ngejar aku sih. Aku berlari sekencang-kencangnya dengan menggunakan sisa sisa tenaga hasil makan mie tanpa telor dengan lalapan kerupuk dikantin sekolah tadi, itupun tenaganya hampir habis dipakai untuk mengerjakan soal-soal matematika.
Run run run, rumahku sudah dekat, orang gila itu masih mengejarku, ketika sampai didepan rumah aku langsung masuk dan mengunci pagar rumah, orang gila itu masih berdiri didepan pagar rumah. Aku mengintip dibalik jendela sambil nafas terengah-engah, persis kayak anak-anak mahasiswa bidan yang tinggal diasrama yang sedang ngeliatin ada cowok datang keasrama.
Ibu : Ngeliatin apa ben?
Roben : Dikejar orang gila tadi bu" Jawabku cepat
Ibu : Makanya kalau ada orang gila itu jangan dijahilin, kena kejar kan, untung kamu ngak kenapa-kana" Bentak ibuku sambil menjewer kupingku.
Roben : Ampun ibu, ampun, tadi cuma ikut-ikutan redo sama ade" Aku mencoba untuk membela diri dengan mengorbankan ade dan redo.
Ibu : Udah udah, pergi sana ganti baju, habis itu langsung makan.
Roben : Iya bu" Kataku seraya langsung pergi nonton tv.
Aku malas makan siang, sering sekali dimarahin ibu karena telat makan, aku sedikit pemilih dalam makan, hari itu ibuku masak gulai ikan baung (*ikan dari sungai batanghari), meskipun itu favorit masyarakat disana , namun aku tidak suka ikan baung dan semua jenis ikan beserta semua koloni-koloninya.
Sepulang sekolah, sorenya saya belajar ngaji di madrasah yang setara setara dengan SD, jadi boleh dibilang saya punya dua sekolah waktu SD, satu di sekolah dasar negeri dan satunya di Madrasah Ibtidaiyah. Madrasah dimulai pukul tiga sore, sehabis kamu pulang dari sekolah.
Roben : Ibu, aku berangkat ngaji dulu ya" Kataku sambil mencium tangan ibuku
Ibu : Iya, hati-hati dijalan ya, eh udah makan blum
Roben : Udah bu. (Bohong)
Setelah pamit dengan orangtua, saya pergi kemadrasah bersama teman-teman kampret saya, ade dan redo dengan berjalan kaki, tanpa makan siang.
Teng, teng, teng, suara lonceng istirahat, waktu itu belum ada bel, jadi bel istirahatnya diganti dengan lonceng yang dibuat dari pelak mobil bekas. Waktu isrirahat selama 20 menit biasanya kami gunakan untuk bermain sepakbola, terkadang bermain bola kasti. Perutku terasa lapar karena tidak makan siang, biasanya ada ibu-ibu yang jualan pical giling dan saya biasa makan disana kalau tidak makan dirumah, namun hari itu ibu-ibu penjual pecal giling favoritku dari semua penjual pecal giling yang berjualan dimadrasahku yang totalnya satu orang.
"Aduh, kok ada ibu yang jualan pecal giling itu ngak jualan sih, mana lapar, pulang masih dua tahun lagi (jam 5.30 sore)" kataku dengan muka meringis menahan lapar kayak cewek yang lagi nyeri menstruasi.
"Redo, kok ibu yang jualan pical giling itu ngak jualan sih" Tanyaku pada redo.
"Mana aku aku, emang aku anaknya" Kata redo
"Biasa aja dong, aku kan cuma nanya, lapar ni, tadi belum makan siang" kataku marah sambil meringis.
"Mungkin dia lagi ikut Olimpiade pical giling internasional" Kata redo
"Ngawur kamu, mana ada Olimpiade pica giling internasional. Dapat juara berapa dia?" kataku membantah.
"Emang ngak ada lah" kata redo.
"Hmmmm, eh makan buah mangga yuk" Kataku sambil menunjuk pohon mangga.
"Tapi kan masih mentah ben, katamu kamu belum makan, ntar kamu sakit perut" Kata redo sok perhatian.
"Ah ngak apa apa kok, nyantai aja, masak gara-gara makan mangga muda aja langsung sakit perut, orang hamil aja makan mangga muda ngak apa-apa kok, cemen lu. Jangan sok perhatian deh, katanya teman sejati, tapi tadi siang dikejar orang gila aku ditinggalin sendirian" Kataku ketus.
"Maaf ben soal tadi siang, ya mana aku tau kalau orang gila itu ngejarnya kekamu." Kata redo membela diri.
"Ok deh ben, sebagai permintaan maaf, aku dukung kamu buat makan mangga muda ini"
Akupun langsung mengambil mangga muda itu dan redo mengawasi kalau-kalau pemiliknya melihat. Aku makan dua buah mannga muda dengan lahapnya. Redo tidak ikut makan, kata dia sebagai permintaan maaf, dia rela tidak makan mangganya dan memberikan semuanya untukku. Redo memang teman yang baik.
Dan setengah jam kemudian akupun sakit perut.....
Teng teng teng....
Lonceng pulang berbunyi, akupun pulang kerumah masih bareng-bareng teman-teman kampretku ini, Redo dan Ade.
"Kenapa kamu ben, meringis gitu?" Tanya Ade.
"Sakit peruh nih" Jawabku
"Sakit perut kenapa?"
"Tadi aku ngak makan siang, trus tadi makan mangga muda, nih gara-gara si Redo nih, nyuruh aku makan semuanya, jadi sakit perut kan aku jadinya." Kataku menyalahkan Redo.
"Loh kok aku yang disalahkan sih ben" Kata redo
"Kan kamu tadi yang nyuruh makan mangga muda itu semuanya?" Kataku
"Kan sebagai tanda permintaan maaf tadi siang ben, katamu kamu ngak apa-apa makan mangga muda walaupun belum makan siang" Kata Redo membela diri.
"Ya Sebagai teman kan harusnya kamu melarang aku, bukannya ngebiarin, sekarang aku jadi sakit perut kan jadinya" Jawabku dengan nada C minor.
"Udah, udah, jangan saling menyalahkan, kalian berdua harusnya fokus" Kata ade memotong pembicaraan.
"Fokus???" Aku dan Redo serentak menjawab
"Iya, dari dari berdebat terus, rumah kaliah udah lewat tuh, sana sana pulang."Kata ade.
"Tuh, kan gara-gara kamu nih do" Kataku kembali menyelahkan redo.
"Kok gara-gara aku lagi sih ben" Bantah redo
"Iya kan kamu yang daritadi debat terus"
Udah udah, pulang!" Bentak Ade
Kamipun kembali pulang kerumah masing-masing...
Sesampainya dirumah, Aku berusaha mencoba agar tidak kelihatan sakit perut, namun apa daya badanku yang kurus kayak orang cacingan ini tidak sanggup menahannya. Kaki gemetar, perut melilit-lilit, kepala berputar-putar. Akhh aku ketahuan juga.
"Kenapa kamu ben? Sakit?" Tanya ibuku curiga.
"Ngak kok bu, aku ngak sakit kok, aku ngak apa-apa" Jawabku gugup ditandai dengan kaki dan gigi gemetar.
"Jangan bohong, ibu itu tau kamu sejak dalam kandungan, sakit apa kamu? Jawab roben, jawab, jelaskan pada ibu"
"Aku sakit perut bu" Jawabku singkat
"Makan apa tadi, dimadrasah?, Tadi makan siang ngak?. Tanya ibuku
"Makan mangga muda bu, tadi makan siang kok bu"
"Makan mangga muda!!!!!!! Mana ada makan siang udah makan mangga muda!!!" Bentak ibuku
"Tadi makan siang kok bu" Jawabku ngeles
"Mana ada kamu makan siang, piring kotornya aja ngak ada ibu liat, jangan bohong"
"Iya bu, tadi ngak makan siang, malas makan siang" Yahh, ketahuan juga akhirnya.
"Sudah sana makan nasi, habis itu minum obat" Pinta ibuku
"Lauknya apa bu?"
"Gulai daging dinosaurus!!!!!" Bentak ibuku
"Hah, aku ngak mau makan daging dinosaurus bu, ntar aku berubah jadi dinosaurus"
"Mana ada ibu masak daging dinosaurus, sudah sana makan, itu ada sambal ikan nila"
"Iya bu, eh bu jangan bilang-bilang sama bapak ya bu, aku taku dimarahi bapak" Pintaku
"Pakkk, liat nih si Roben, sakit perut gara-gara makan mangga muda dimadrasah, padahal belum makan siang" Kata ibuku mengadukanku pada bapak.
"Kamu itu kebiasaan ben, ngak pernah makan siang, liat ini kan akibatnya, sakit perut kan!! Bentak bapakku.
PLAKKKKK, sebuat tamparan mendarat dibetisku. Sial, kenapa ibuku mengadu kebapak sih.
Namun dengan percaya dirinya aku meyakinkan teman-teman agar mencoba untuk berenang ketengah.
Roben :" Eh kaliah ngak bosan berenang ditepi terus kayak anak-anak? (padahal emang masih anak-anak)"
Redo : "Tapi ditengah itu dalam loh airnya, ntar tenggelam, mati, mayatnya kita ngak bisa ditemukan, trus arwah kita gentayangan, Ihhh seram, takut aku liat arwah gentayangan."
Roben : "Begok banget sih loh, kan yang jadi arwahnya kamu? Ngapain mesti takut?"
Redo : "Kan arwah gentayangannya banyak, ya aku takut lah ben"
Roben : "Serah loh deh. Ayok berenang ketengah, kayak anak-anak aja berenang ditepi."
Redo : "Ngak ah, belum berani aku."
Ade : "Iya, aku juga ngak berani ben, takut tenggelam."
Roben : "Ngak apa kok, nyantai aja."
Meski teman-temanku tidak berani untuk berenang ketengah, namun aku dengan pedenya memberanikan diri untuk beranang jauh ketengah. Kubuka baju, celana dan celana dalam (telanjang bulat). Kok telanjang bulat sih? Ngak malu? Ngak lah, kan masih anak-anak, selain itu biar jaga-jaga biar ngak diserang ikan buntal, kan kalau telanjang kan agak mirip ##### saya dengan ikan buntal, jadi disangka temannya, jadi ngak digigit.
Satu, Dua, Tiga, byurrrrrrrrr. Dengan penuh gaya, tangan didepan kepala, kaki mendorong badan kedepan, dan akupun mencebur keair yang dalam persis seperti atlet renang professional yang sedang membela Indonesia di even Olympiade.
Setelah masuk keair, ternyata teman-temanku benar, airnya ternyata dalam, dan gawatnya aku tidak bisa berenang. Mau minta tolong malu pula, sudah terlanjur berlagak seperti atlet prosessional tadi. Aku mencoba menyelamatkan diri,tangan dan kakiku berusaha menggapai permukaan sudah persis seperti bencong kesentrum listrik. Mulutku megap-megap kemasukan banyak air sudah persis kayak ikan lohan yang akan dipanggang.
Pujianto : Wah, keren gaya berenangmu ben, gaya baru
Roben : "Jleb jleb jleb"Aku tidak bisa menjawab karena mulutku kemasukan air
Ade : "Keren ben, lanjutkan. Ntar ajarin aku ya gaya berenang seperti itu".
Roben : "Gile lu, aku ini mau tenggelam bukannya ditolongin, malah diliatin aja". kataku dalam hati.
Aku terus meronta-ronta, namun semakin aku meronta semakin ternggelam diriku kedalam, rasanya dasar sungai menarikku kebawah dan teman-temanku hanya melihat saja.
"Ayo ayo ayo, go go go Roben" Sorak mereka menyemangati seperti sedang dalam lompa Olympiade.
Tangan dan kakiku sudah terasa lemah, semua usahaku untuk keluar dari air sia-sia. Sepertinya ini adalah akhir dari kisah hidupku. Selamat tinggal teman-teman, untuk redo maaf aku telah naruh mata pena diatas bangku ketika kamu mau duduk, buat lusi si"ncel" maafkan aku yang telah mengintip isi rokmu dengan menaruh kaca dibawah rokmu, selamat tinggal ayah ibu maafkan aku yang telah bermain bola didalam rumah sehingga membuat pecah guci yang belum lunas, selamat tinggal dunia, selamat tinggal semuanya.
Namun keajaiban terjadi, tiba tiba saya ditarik ketepi oleh yon, tetanggaku sebelah rumah. Hmmm selamat, selamat, hampir saja aku mampus. Padahal tadi udah merenungi kesalahan-kesalahan yang pernah kuperbuat dimasa lalu. ~Kayak udah lama hidup saja, padahal masih bocah ini~.
Yon : "Ndak tau berenang kok berenang ketengah sih ben, untuk aku cepat nampak kamu. Kalau ngak udah tenggelam tadi" Kata yon memarahiku dengan nada keras
Roben : "Aku kira tadi airnya ngak dalam bang" Kataku dengan nafas terengah-engah karena kebanyakan terminum air sungai. Udah persis kayak ikan yang keluar dari air.
Yon : Makanya jangan sok tau, Udah sana pulang
Roben : Iya bang bentar lagi, abang pulang aja duluan, tapi jangan bilang-bilang sama bapak ibu aku ya bang
Yon : Aman lah itu, aku dapat dipercaya kok, rahasia terjaga
Redo : "Kamu tadi ngapain ben, berenang gayanya kok aneh? Gaya baru ya?" Tanyanya dengan muka polos tak berdosa seperti bayi yang baru lahir, putih bersih seperti kertas tanpa noda. Kampret ni anak, udah tau aku hampir mati tenggelam malah ngak ditolongin.
Roben : Iya gaya baru, keren kan?
Redo : Apa nama gayanya ben?
Roben : Gaya kodok jomblo kesetrum listrik
Redo : Owhhh
Roben : Kampret lu, aku tadi tenggelam begok, bukannya ditolong malah disorakin.
Redo : Hahaha. Serius tenggelam? Sumpah aku ngak tau ben. Kirain itu berenang gaya baru. maaf maaf deh ben. hehe
Ade : Iya ben, aku juga ngak tau apa-apa, bukan aku pelakunya kok. Sumpah. Bukan aku yang makan gorengan dikantin ngak bayar tadi pagi.
Roben : Oh jadi kamu yang makan gorengan ngak bayar. Kampret lu, aku yang jadi sasaran ibu kantin tadi pagi. Eh kok jadi ngomongin gorengan sih. Ini soal aku tenggelam..begok.
Ade : Maaf ben, aku sama kayak redo, sama-sama cowok.
Roben : Busyet, serah lo deh. Aku mau pulang kerumah orangtuaku
Redo, Ade : #@$!%!*(@!(
Akupun langsung pulang kerumah. Dengan muka pucat pasi, badan kurus, berjalan terengah-engah, lunglai udah persis kayak layangan putus yang udah yang mau dikejar lagi pemiliknya, sama kayak hati ini, sepi, kosong tak ada yang memiliki #CurhatanJomblo.
Sesampainya dirumah, akupun membuka pintu dan mencoba bersikap seperti biasanya.
Ibu : Dari mana ben?
Roben : Dari habis main bola
Ibu : Kok basah basahan, habis main kesungai ya?
Roben : Ngak, tadi lapangannya banjir, makanya basah
Ibu : Jangan bohong, kamu main kesungai kan? Tenggelam kan? Tadi si Yon bilang, untung ada dia yang nolong kamu.
Kampret juga ni Yon, katanya ngak bakal dikasih tau, eh taunya tau juga keorangtuaku. Emang pagar makan sate kambing ni orang.
Roben : *EmotNangis* *EmotNangis* *EmotNangis* ~Bikin emot diblog gimana sih caranya?~
PLAKKKKK, sebuah tamparan bertengangan tinggi dari bapakku mendarat dibahuku.
Bapak : Besok ngak boleh lagi main kesungai, awas kalau main lagi, bapak sedot tu air sungai biar kering.
Roben : Iya pak, janji ngak main lagi.
Ibu : Dengar tu kata bapakmu, udah sana mandi, ganti baju, makan.
Roben : Iya bu, seraya berjalan kekamar mandi dan berenang dibak mandi #Q#$Q*
Paginya aku berangkat kesekolah naik sepeda seperti biasanya, jaraknya sekitar 3 kilometer, lumayan jauh sih kalau ditempuh dengan berjalan kaki. Tapi tidak masalah lumayan sekalian olahraga biar ngak terkena Osteoporosis, kan banyak tu orang-orang tua yang kena Osteoporosis, jadi aku olahraga sekarang biar nanti tua tinggal nyantai-nyantai ngak usah olahraga lagi, karena udah nabung olahraga waktu kecil. Dan karena perginya bareng-bareng sama teman-teman jadi ngak berasa. Memang benar kata orang, dengan bersama-sama teman semua kesusahan akan terasa ringan. Namun sayangnya teman-temanku begok semua, masih dendam aku sama kejadian kemarin sore, masak temannya tenggelam disungai diliatin aja, malah dikira beranang gaya baru. Awas ya, tunggu pembalasanku, pas makan dikantin nanti aku kentutin makanan kalian, makan tuh gas beracun.
Lonceng istirahat berbunyi, kamipun berlarian kekantin, entah apa motif dan motivasinya kok harus lari siapa cepat dari kelas nyampe kantin. Saya mengamati dan menganalisa tentang fenomena aneh ini dan setelah melakukan penelitian panjang selama 5 menit akhirnya saya mendapatkan kesimpulan sementara dimana ada tiga kemungkinan alasan kenapa kami selalu berlarian dari kelas kekantin. Pertama karena kelas kami udaranya sangat panas sehingga begitu bel istirahat berbunyi kami langsung lari. Kedua makanan masakan ibu kantin sangatlah enak sehingga baunya tercium dari kejauhan dan kami semakin bernafsu dan berlari menuju kantin. Ketiga karena kami masih anak-anak ya wajarlah berlarian kekantin, masak anak-anak kekantin sambil ngombrolin masa depan energi alam Indonesia. Dan saya menyimpulkan kalau kemungkinan ketigalah yang paling tepat. Kami masih anak-anak.
Sepulang sekolah aku, Redo, dan Ade pulang jalan kaki, dijalan didepan kami melihat ada orang yang terganggu kejiwaannya alias gila, orang ini gilanya kumat-kumatan, kalau lagi kumat dia berkeliaran kemana-mana dan bisa menyerang orang-orang secara fisik, kalo kita lari akan dikejar habis-habisan. Tetapi kalau lagi kumat dia tidak mengganggu orang-orang, hanya duduk menung didepan rumahnya. Dia tinggal sendiri dirumahnya dan ditelantarkan oleh keluarganya, usianya paruh baya sekitar 50 tahunan lah. Sekarang sebagai seorang perawat sedikit banyak saya mengerti kalau penyakit kejiwaan tidak boleh ditelantarkan begitu saja seperti sampah, melainkan diberi dukungan dan dibawa kerumah sakit jiwa untuk diberi perawatan dan pemulihan mental.
Namun saat itu kan saya masih anak-anak, jadi ngertinya ya main doang ngerjain orang, ngak peduli siapa yang jadi bahan kejahilan, bahkan orang gila sekalipun.
Roben : "Eh liat tu ada orang gila, kerjain yuk"
Redo : "Jangan ben, ntar kita dikejar, liat tu dia bawak kapak lagi"
Ade : "Iya ben, kayaknya dia lagi kumat gilanya"
Roben : "Ah ngak, dia lagi baik kayaknya hari ini, ngak akan dikejar kita, percaya deh" Kataku meyakinkan redo dan ade.
Redo : "Gala lu, ntar kalau dia marah, kita dikejar lalu dibacok pakek kapaknya lalu mati, kan malu kalau matinya dibacok sama orang gila ben" Kata redo dengan muka ketakukan dan polos alias begok.
Ade : Iya ben, aku ngak mau mati sekarang, ntar kalau aku mati, bapak sama ibuku nangis seminggu dan ngak mau makan, lalu mati juga nyusul aku. Hiks Hiks Hiks
Roben : Apa sih, kalian terlalu banyak berkhayal. Ngak apa-apa kok, liat ya" Seraya berjalan menuju orang gila itu.
Lalu aku mengagetkannya dengan berteriak sambil menendang pantatnya, Plakkkk. Seketika orang gila itu kaget dan melihat kebelakang dengan muka merah dan memegang kapaknya, sepertinya dia bersiap untuk mengejar kami, ganas persis kayak banci yang dapat pelanggan yang gantengnya kayak Lee Min Ho lagi minum kopi luwak. Emang benar ya Lee Min Ho gantengnya kebangetan, andai aku seganteng dia, andai senyumku semanis dia, andai kulitku semulus dia, andai gaya rambutku serapi dia, pasti cewek-cewek banyak yang naksir sama aku. #Ini kenapa jadi bahas Lee Min Ho sih?.
Tau orang gila itu pasti akan mengejar, kamipun langsung lari tunggang langgang dengan kecepatan penuh, orang gila itu terus mengejar kami sambil memegang kapaknya.
Redo : "Tu kah ben, apa kau bilang, dia lagi kumat sekarang" Katanya sambil kami berlari dikejar orang gila itu.
Ade : Iya ben, pokoknya kamu harus tanggung jawab.
Roben : Gila lu ya, tanggung jawab apa? Masak aku harus berkelahi sama dia
Ade : Iya" Katanya dengan polosnya
Roben : Kampret lu
Kami terus dikejar, aku memustuskan agar kami berpencar menjadi tiga, dan sialnya aku yang jadi sasaran kejaran orang gila itu.
Roben : Huhhh huhhh huhhh, Kayaknya kita harus menyusun strategi.
Redo : Apa strateginya?
Roben : Kita harus pecahkan konsentrasinya, kita benpencar jadi tiga, redo jadi boboiboy api, ade jadi boboiboy air, dan aku jadi power ranger.
Ade : Kok kamu jadi power ranger sih ben? Aku mau jadi power ranger
Redo : Aku juga ngak mau jadi boboiboy air, aku mau jadi ultramen
Roben : Aduhh, ya udah ya udah, ade jadi power ranger, redo jadi ultramen, aku jadi spiderman aja. Ok skarang kita berpencar.
Kami berpencar dan orang gila itu mengejar spiderman dan itu aku. Kampret, knapa lu ngejar aku sih. Aku berlari sekencang-kencangnya dengan menggunakan sisa sisa tenaga hasil makan mie tanpa telor dengan lalapan kerupuk dikantin sekolah tadi, itupun tenaganya hampir habis dipakai untuk mengerjakan soal-soal matematika.
Run run run, rumahku sudah dekat, orang gila itu masih mengejarku, ketika sampai didepan rumah aku langsung masuk dan mengunci pagar rumah, orang gila itu masih berdiri didepan pagar rumah. Aku mengintip dibalik jendela sambil nafas terengah-engah, persis kayak anak-anak mahasiswa bidan yang tinggal diasrama yang sedang ngeliatin ada cowok datang keasrama.
Ibu : Ngeliatin apa ben?
Roben : Dikejar orang gila tadi bu" Jawabku cepat
Ibu : Makanya kalau ada orang gila itu jangan dijahilin, kena kejar kan, untung kamu ngak kenapa-kana" Bentak ibuku sambil menjewer kupingku.
Roben : Ampun ibu, ampun, tadi cuma ikut-ikutan redo sama ade" Aku mencoba untuk membela diri dengan mengorbankan ade dan redo.
Ibu : Udah udah, pergi sana ganti baju, habis itu langsung makan.
Roben : Iya bu" Kataku seraya langsung pergi nonton tv.
Aku malas makan siang, sering sekali dimarahin ibu karena telat makan, aku sedikit pemilih dalam makan, hari itu ibuku masak gulai ikan baung (*ikan dari sungai batanghari), meskipun itu favorit masyarakat disana , namun aku tidak suka ikan baung dan semua jenis ikan beserta semua koloni-koloninya.
Sepulang sekolah, sorenya saya belajar ngaji di madrasah yang setara setara dengan SD, jadi boleh dibilang saya punya dua sekolah waktu SD, satu di sekolah dasar negeri dan satunya di Madrasah Ibtidaiyah. Madrasah dimulai pukul tiga sore, sehabis kamu pulang dari sekolah.
Roben : Ibu, aku berangkat ngaji dulu ya" Kataku sambil mencium tangan ibuku
Ibu : Iya, hati-hati dijalan ya, eh udah makan blum
Roben : Udah bu. (Bohong)
Setelah pamit dengan orangtua, saya pergi kemadrasah bersama teman-teman kampret saya, ade dan redo dengan berjalan kaki, tanpa makan siang.
Teng, teng, teng, suara lonceng istirahat, waktu itu belum ada bel, jadi bel istirahatnya diganti dengan lonceng yang dibuat dari pelak mobil bekas. Waktu isrirahat selama 20 menit biasanya kami gunakan untuk bermain sepakbola, terkadang bermain bola kasti. Perutku terasa lapar karena tidak makan siang, biasanya ada ibu-ibu yang jualan pical giling dan saya biasa makan disana kalau tidak makan dirumah, namun hari itu ibu-ibu penjual pecal giling favoritku dari semua penjual pecal giling yang berjualan dimadrasahku yang totalnya satu orang.
"Aduh, kok ada ibu yang jualan pecal giling itu ngak jualan sih, mana lapar, pulang masih dua tahun lagi (jam 5.30 sore)" kataku dengan muka meringis menahan lapar kayak cewek yang lagi nyeri menstruasi.
"Redo, kok ibu yang jualan pical giling itu ngak jualan sih" Tanyaku pada redo.
"Mana aku aku, emang aku anaknya" Kata redo
"Biasa aja dong, aku kan cuma nanya, lapar ni, tadi belum makan siang" kataku marah sambil meringis.
"Mungkin dia lagi ikut Olimpiade pical giling internasional" Kata redo
"Ngawur kamu, mana ada Olimpiade pica giling internasional. Dapat juara berapa dia?" kataku membantah.
"Emang ngak ada lah" kata redo.
"Hmmmm, eh makan buah mangga yuk" Kataku sambil menunjuk pohon mangga.
"Tapi kan masih mentah ben, katamu kamu belum makan, ntar kamu sakit perut" Kata redo sok perhatian.
"Ah ngak apa apa kok, nyantai aja, masak gara-gara makan mangga muda aja langsung sakit perut, orang hamil aja makan mangga muda ngak apa-apa kok, cemen lu. Jangan sok perhatian deh, katanya teman sejati, tapi tadi siang dikejar orang gila aku ditinggalin sendirian" Kataku ketus.
"Maaf ben soal tadi siang, ya mana aku tau kalau orang gila itu ngejarnya kekamu." Kata redo membela diri.
"Ok deh ben, sebagai permintaan maaf, aku dukung kamu buat makan mangga muda ini"
Akupun langsung mengambil mangga muda itu dan redo mengawasi kalau-kalau pemiliknya melihat. Aku makan dua buah mannga muda dengan lahapnya. Redo tidak ikut makan, kata dia sebagai permintaan maaf, dia rela tidak makan mangganya dan memberikan semuanya untukku. Redo memang teman yang baik.
Dan setengah jam kemudian akupun sakit perut.....
Teng teng teng....
Lonceng pulang berbunyi, akupun pulang kerumah masih bareng-bareng teman-teman kampretku ini, Redo dan Ade.
"Kenapa kamu ben, meringis gitu?" Tanya Ade.
"Sakit peruh nih" Jawabku
"Sakit perut kenapa?"
"Tadi aku ngak makan siang, trus tadi makan mangga muda, nih gara-gara si Redo nih, nyuruh aku makan semuanya, jadi sakit perut kan aku jadinya." Kataku menyalahkan Redo.
"Loh kok aku yang disalahkan sih ben" Kata redo
"Kan kamu tadi yang nyuruh makan mangga muda itu semuanya?" Kataku
"Kan sebagai tanda permintaan maaf tadi siang ben, katamu kamu ngak apa-apa makan mangga muda walaupun belum makan siang" Kata Redo membela diri.
"Ya Sebagai teman kan harusnya kamu melarang aku, bukannya ngebiarin, sekarang aku jadi sakit perut kan jadinya" Jawabku dengan nada C minor.
"Udah, udah, jangan saling menyalahkan, kalian berdua harusnya fokus" Kata ade memotong pembicaraan.
"Fokus???" Aku dan Redo serentak menjawab
"Iya, dari dari berdebat terus, rumah kaliah udah lewat tuh, sana sana pulang."Kata ade.
"Tuh, kan gara-gara kamu nih do" Kataku kembali menyelahkan redo.
"Kok gara-gara aku lagi sih ben" Bantah redo
"Iya kan kamu yang daritadi debat terus"
Udah udah, pulang!" Bentak Ade
Kamipun kembali pulang kerumah masing-masing...
Sesampainya dirumah, Aku berusaha mencoba agar tidak kelihatan sakit perut, namun apa daya badanku yang kurus kayak orang cacingan ini tidak sanggup menahannya. Kaki gemetar, perut melilit-lilit, kepala berputar-putar. Akhh aku ketahuan juga.
"Kenapa kamu ben? Sakit?" Tanya ibuku curiga.
"Ngak kok bu, aku ngak sakit kok, aku ngak apa-apa" Jawabku gugup ditandai dengan kaki dan gigi gemetar.
"Jangan bohong, ibu itu tau kamu sejak dalam kandungan, sakit apa kamu? Jawab roben, jawab, jelaskan pada ibu"
"Aku sakit perut bu" Jawabku singkat
"Makan apa tadi, dimadrasah?, Tadi makan siang ngak?. Tanya ibuku
"Makan mangga muda bu, tadi makan siang kok bu"
"Makan mangga muda!!!!!!! Mana ada makan siang udah makan mangga muda!!!" Bentak ibuku
"Tadi makan siang kok bu" Jawabku ngeles
"Mana ada kamu makan siang, piring kotornya aja ngak ada ibu liat, jangan bohong"
"Iya bu, tadi ngak makan siang, malas makan siang" Yahh, ketahuan juga akhirnya.
"Sudah sana makan nasi, habis itu minum obat" Pinta ibuku
"Lauknya apa bu?"
"Gulai daging dinosaurus!!!!!" Bentak ibuku
"Hah, aku ngak mau makan daging dinosaurus bu, ntar aku berubah jadi dinosaurus"
"Mana ada ibu masak daging dinosaurus, sudah sana makan, itu ada sambal ikan nila"
"Iya bu, eh bu jangan bilang-bilang sama bapak ya bu, aku taku dimarahi bapak" Pintaku
"Pakkk, liat nih si Roben, sakit perut gara-gara makan mangga muda dimadrasah, padahal belum makan siang" Kata ibuku mengadukanku pada bapak.
"Kamu itu kebiasaan ben, ngak pernah makan siang, liat ini kan akibatnya, sakit perut kan!! Bentak bapakku.
PLAKKKKK, sebuat tamparan mendarat dibetisku. Sial, kenapa ibuku mengadu kebapak sih.
No comments :
Post a Comment