Hidup Kita Seperti Kertas Kosong, Kitalah Yang Menulis Setiap Halamannya.

Semua tulisan di blog ini ditulis oleh Robensa Atmenperi

Ada apa dengan perawat?

Sunday, March 23, 2014

Hari ini saya akan menulis tentang perawat, iya sebuah profesi yang cukup familiar bagi kita, terutama dibidang kesehatan. Saya akan menulis tentang kritikan-kritikan terhadap perawat. Oh ya, hampir lupa, sebelumnya saya mau memperkenalkan diri saya dulu, saya adalah seorang perawat, lulus dari program DIII Akper Setih Setio Muara Bungo, Jambi. Saya tidak bermaksud untuk menjatuhkan perawat, tetapi hanya memberikan kritik membangun demi kemajuan perawat dimasa yang akan datang. dan saya juga bukanlah orang yang suci dan sempurna, tetapi saya hanya ingin kita menjadi saling ingat mengingatkan.

Ok, langsung saja kita ketopik permasalahan.....Cek It Out !!!

Saya akan menyampaikan kritikan saya dalam beberapa point, sengaja saya buat demikian agar mudah dibaca dan dipahami. Berikut akan saya sampaikan pandangan-pandangan negatif dari masyarakat terhadap perawat, dan saya juga akan menyertakan solusi dan saran bagi perawat untuk memperbaiki kondisinya.

1. Perawat itu pembantu dokter

Anda tentu sering dengar kan kalau masyarakat sering bilang bahwa perawat itu pembantu dokter, kenapa hal ini bisa terucap dari masyarakat, apa yang menyebabkan ini. Kita jangan buru-buru menyalahkan masyarakat yang tidak sopan dan tidak berpendidikan, coba kita lihat pada diri kita sendiri, mari kita intropeksi diri kita. Dalam praktek dilapangan, perawat seringkali memposisikan dirinya seolah-olah pembantu dokter bahkan dihadapan pasien sekalipun, hal ini saya amati langsung dilapangan, seperti perawat selalu membuntuti dokter ketika sang dokter visite pasien, bahkan sampai berlari-lari seperti pembantu ketika ada dokumen yang ketinggalan. Padahal dokter dan perawat adalah profesi yang berbeda, yang memiliki keilmuan dan tanggung jawab yang berbeda pula, sehingga tidak pantas rasanya kalau perawat bertingkah laku seolah-olah sebagai pembantu dokter. Sungguh sebuah ironi bukan? oleh sebab itu, saya menyarankan agar para perawat mampu memposisikan dirinya sebagai perawat, harus mempunyai karakter yang kuat bahwa perawat adalah profesi tersendiri yang mempunyai tugas dan tanggung jawab tersendiri. 

2. Perawat itu lebih bodoh dari dokter

Masyarakat sering berasumsi bahwa dokter lebih pintar dari perawat. Lagi-lagi kita tidak boleh kembali menyalahkan masyarakat atas asumsinya, diri kitalah yang menyebabkan hal ini, perilaku dan pola fikir kitalah yang menyebabkan masyarakat berasumsi demikian. Dalam kenyataan dilapangan, perawat seringkali menjawab dengan jawaban yang kurang memuaskan bagi pasien, bahkan ada perawat yang langsung mengatakan "Silahkan tanya langsung kedokter ya pak, dokter yang lebih tau pak" . Coba anda pikir, justru perawat sendiri yang secara tidak sadar mengatakan bahwa dokter lebih pintar dari perawat, dokter lebih tau pasien dari perawat. Mari kita rubah tingkah laku dan pola pikir kita, ayo kita tingkatkan kompetensi dan pengetahuan kita terhadap dunia kesehatan khususnya tentang anatomi dan patofisiologi suatu penyakit, tunjukkan pada masyarakat bahwa kita tidak kalah dari dokter ataupun profesi lain. Bahkan kita punya nilai lebih yang tidak dipunyai oleh dokter, yaitu kita berada selama 24 jam dengan pasien, kita tau kondisi dan kebutuhan pasien sepanjangn waktunya. 

3. Perawat itu judes

Saya memang melihat hal ini dilapangan, dan saya juga tidak bisa menyalahkan masyarakat. Tetapi yang saya tidak mengerti, mengapa perawat itu judes kepada pasien, meskipun tidak semua perawat itu judes, ada juga perawat yang ramah, terutama dikota-kota besar atau dirumah sakit swasta. Saya beranggapan kalau perawat judes dikarenakan berat dan menumpuknya tugas yang dibebankan kepadanya, bahkan terkadang dibebankan juga tugas yang sebenarnya bukan tugasnya perawat, seperti melakukan injeksi, hecting, dan seterusnya, bahkan yang mengisi catatan dokter sekalipun dibebankan kepada perawat. Dalam kasus ini perawat bisa mengajukan kepada manajement rumah sakit untuk protes terkait hal ini. Tetapi perlu diperhatikan bahwa tidak hanya perawat saja yang judes kepada pasien, bahkan dokter pun juga, bahkan jauh lebih parah, saya melihat dengan mata kepala sendiri bahwa ada seorang dokter yang memukul pasien karena pasien itu takut untuk dilakukan tindakan medis, seharusnya kan diberikan penjelasan dengan komunikasi yang baik. Saya sarankan kepada teman-teman perawat agar tetaplah berprilaku yang ramah dan bersahabat kepada pasien, tunjukkanlah bahwa perawat adalah profesi yang menyenangkan dan ramah. Toh anda sudah digaji kan ~ngomongin soal gaji perawat, nanti saya bahas pada tulisan saya berikutnya ya~ oleh pemerintah untu bertugas dengan ramah dan penuh tanggungjawab, tentunya dengan tanggung jawab yang sesuai dengan bidang profesi anda sebagai perawat. 

Sebenarnya masih banyak kritikan-kritikan saya terhadap profesi perawat, yang Insya Allah akan saya bahas pada tulisan-tulisan saya berikutnya. Tongkrongin blog ini terus ya, hehe. Sekali lagi saya katakan bahwa saya bukanlah orang yang suci ataupun sok pintar, saya hanya memberikan kritik yang membangun agar kedepannnya perawat dapat menjadi profesi yang maju.

Demikianlah tulisan saya, mohon maaf jika ada kesalahan, semoga bermanfaat.

Artikel Terkait

2 comments

  1. Sebenarnya yang membuat perawat di cap seperti itu adalah perawat itu sendiri tepatnya individunya yang mungkin mayoritas seperti itu ,knapa sebagai kita sebagai perawat tidak menunjukan bahwa kita adalah perawat yang layak di anggap profesional

    ReplyDelete
  2. Percaya atau tidak, dari 3 point diatas sudah sya laksanakan, sya lulusan cumlaud kperawatan, sya kuasai patofisiologi dan anatomi fisiologi, saya jauh dari judes, namun tetap saja anggapan terbelakang tentang kita tidak pernah sirna. Sya posisi kan diri sya sbgai partner dokter, namun dokternya sepertinya tidak sependapat (mungkin tradisi sudah tertanam dikedokteran bahwa mereka memiliki pembantu yg disebut perawat).
    Sya jawab pertnyaan pasien secara empiris dan yuridis.. Namun tetap saja dan apapun jalannya masyarakat menganggap kita semua pembantu dokter.
    Sulit bagi sya jika berjuang sndiri.

    ReplyDelete

 

Terbanyak Dibaca