Pada tulisan saya sebelumnya saya membahas kritikan tentang profesi perawat (baca : ada apa dengan perawat), kali ini saya akan menulis tentang Asuhan keperawatan, ya salah satu inti dari keperawatan adalah asuhan keperawatan. Tetapi sangat disayangkan dalam prakteknya dilapangan, asuhan keperawatan semakin dilupakan oleh para perawat. Sekali lagi saya katakan bahwa saya bukanlah orang yang suci, apalagi ahli dalam dunia keperawatan, tetapi saya hanya mencoba menjadi orang yang saling mengingatkan, sehingga bisa berguna bagi kemajuan dunia keperawatan kedepannya.
Sebelum saya menulis kritikan tentang asuhan keperawatan, saya akan memaparkan dulu sedikit teori tentang asuhan keperawatan, agar kita mendapatkan koneksi dalam membicarakan kritikannya.
Oke, langsung saja ya.
Asuhan keperawatan adalah seluruh rangkaian proses keperawatan yang diberikan kepada pasien yang berkesinambungan dengan kiat-kiat keperawatan yang dimulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi dalam usaha memperbaiki ataupun memelihara derajat kesehatan yang optimal.
Asuhan keperawatan diberikan dalam upaya memenuhi kebutuhan klien/pasien. Yaitu lima kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow :
1. Kebutuhan fisiologis meliputi oksigen, nutrisi, cairan
2. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan
3. Kebutuhan rasa cinta dan saling memiliki
4. Kebutuhan akan harga diri
5. Kebutuhan aktualisasi diri
Dari penjelasan diatas, kita dengan mudah dapat memahami bahwa sejatinya asuhan keperawatan itu bisa memenuhi kebutuhan pasien secara keseluruhan (holistik), mulai dari kebutuhan dasar sampai kebutuhan aktualisasi diri, dan ini tidak hanya dilakukan dalam satu waktu saja tetapi secara total, berkesinambungan selama 24 jam kepada pasien.
Artinya perawat adalah orang yang paling dekat dan paling memahami kondisi pasien dibandingkan dengan profesi lainnya, seperti dokter, fisioterapi, dan lainnya. Perawat juga orang yang paling cepat, orang yang paling tanggap terhadap keluhan-keluhan pasien daripada profesi lainnya.
Dari alasan diatas, seharusnya Asuhan keperawatan dapat menjadi 'senjata sakti' bagi perawat dalam upaya membuktikan bahwa dirinyalah yang paling berperan besar dalam penyembuhan pasien, tentu jika penerapannya benar-benar dilakukan dengan sebenar-benarnya.
Tetapi, kondisi dilapangan yang kita temui ternyata tidak semanis dan seindah yang tertulis dalam konsep atau buku-buku keperawatan, pada prakteknya dilapangan, para perawat justru tidak menerapkan asuhan kepearawatan secara benar. Asuhan keperawatan dilakukan setengah-setengah, apalagi dokumentasinya, masih jauh panggang dari api.
Kita ambil contoh yang terjadi di salah satu rumah sakit, saya melihat dihampir semua catatan asuhan keperawaran, disana diagnosa keperawatan yang tertulis hanya nyeri, dari awal pasien masuk sampai pulang hanya nyeri saja, dan dengan kalimat yang sama diulang-ulang setiap shift nya. Padahal seperti yang tertulis dalam teori bahwa asuhan keperawatan itu adalah untuk memenuhi 5 kebutuhan dasar manusia secara berkesinambungan.
Dan yang lebih ironis lagi, parawat justru mengerjakan pekerjaan yang seharusnya dikerjakan oleh profesi lain, sedangkan pekerjaannya sendiri -yaitu asuhan keperawatan- tidak dilakukan, kalaupun dilakukan hanya asal-asalan. Saya tidak mengerti kenapa perawat tidak mau atau hanya melakannya asal-asalan, apakah karena tugasnya yang menumpuk, atau karena kelilmuannya yang kurang sehingga tidak tau bagaimana cara melakukannya yang benar. Kalau memang tugasnya yang sangat banyak dan menumpuk, seharusnya perawat bisa memprioritaskan pekerjaannya, dan saya rasa asuhan keperawatan layak untuk ditempatkan dalam prioritas pertama. Dan kalau masalahnya ada pada keilmuan perawat yang kurang akan asuhan keperawatan, maka semua pihak harus bertanggungjawab untuk meningkatkan keilmuan perawat dalam hal asuhan keperawatan, mulai dari institusi pendidikan, rumah sakit ataupun individu itu sendiri.
Tetapi apapun alasannya, saya sangat berharap agar para perawat dapat benar-benar melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien, sehingga kita bisa mendapat kepercayaan sepenuhnya dari pasien. Kita bisa menjadi profesi yang paling dekat, paling tau dan paling tanggap terhadap kondisi dan keluhan pasien. Kita bisa menjadikan asuhan keperawatan sebagai 'Senjata Sakti' bagi perawat, bukannya malah melupakannya.
Demikianlah uraian kiritikan saya tentang penerapan asuhan keperawata, sekali lagi saya katakan kalau saya tidak bermaksud menjatuhkan perawat, tetapi saya hanya ingin perawat menjadi profesi yang maju dimasa depan.
Semoga bermanfaat, terima kasih. Barakallah.
No comments :
Post a Comment